Justifikasi Konsep Permukiman Mikro
Konsep perancangan pada
wilayah permukiman adalah Affordable
Green Networking. Konsep affordable (terjangkau)
berkaitan dalam pengadaan perumahan di industri yaitu perumahan terjangkau yang
diperuntukkan bagi buruh industri di kawasan tersebut. Seperti yang telah
diketahui bahwa kondisi perekonomian buruh industri tergolong dalam menengah ke
bawah atau memiliki daya beli yang rendah. Selain itu, penyediaan perumahan
terjangkau dinilai masih kurang di pasaran. Hal tersebut menjadikan masyarakat
berpenghasilan rendah kesulitan dalam mengakses perumahan terjangkau. Sehingga
penyediaan perumahan terjangkau ini selanjutnya dapat mengakomodasi kebutuhan
rumah bagi para buruh industri tersebut.
“AFFORDABLE
GREEN
NETWORKING”
|
Affordable
Green Networking merupakan
konsep yang pembangunan yang berbasis lingkungan dengan menekankan pula
pembangunan yang compact dan terintegrasi, serta mempertimbangkan
keterjangkauan. Konsep di wilayah mikro ini tentu sangat mendukung smarth
growth yang merupakan konsep messo, dimana smarth growth juga merupakan konsep
pembangunan yang berbasis lingkungan dan menekankan adanya integrasi yang baik
antar fungsi kawasan. Dengan demikian, keseluruhan konsep baik yang berada di
wilayah mikro maupun messo akan sangat mendukung pembangunan kawasan industri
yang berkelanjutan atau sustainable industrial development yang merupakan
konsep besar yang mencakup wilayah makro.
Indikator Konsep Permukiman Mikro
Indikator konsep mikro
permukiman “Affordable Green Networking”
merupakan turunan dari prinsip konsep “Smart
Industrial Development”. Terdapat 7 prinsip yang menjadi indikator dalam
penerapan konsep mikro permukiman, yaitu :
A.
Mixed
land used
§ Terciptanya
kawasan permukiman yang efisien penggunaan lahan dan penyediaan sarana
prasarana dengan adanya prinsip mix land used.
B.
Cost
effetiveness
§ Tersedianya
perumahan tipe 21 dengan luas lantai bangunan 21 m2 yang dapat
dijangkau oleh buruh industri.
C.
Compact
building
§ Terciptanya
kawasan permukiman yang memiliki aktifitas terpusat dan efisiensi dalam
penggunaan lahan.
§ Terciptanya
efisiensi dalam penyediaan sarana dan prasarana.
D.
Preserve
open space
· Terciptanya
green belt sebagai barrier antara
kawasan permukiman dan industri.
· Terciptanya
ruang terbuka hijau (RTH) pasif dan aktif sebesar 30% dari luas kawasan
permukiman.
E.
Sense
of place
§ Terbentuknya
suatu landmark yang dapat menciptakan suasana ciri khas dari kawasan
permukiman.
F.
Wakable
Neighborhood
§ Terciptanya
aktivitas jalan kaki karena pembangunan kawasan yang compact.
§ Tersedianya
jalur non motorized yang ditujukan untuk mengakomodasi pejalan kaki dan
pesepeda.
G.
Multiple
transportations
§ Tersedianya
shelter bus sebagai titik pergantian moda transportasi kawasan industri dan
permukiman.
§ Tersedianya
transportasi massal yang nyaman, efektif, dan ramah lingkungan.
Penerapan Konsep Permukiman Mikro
Berdasarkan konsep
perancangan pada kawasan permukiman yaitu Affordable
Green Networking yang merupakan turunan dari konsep Smart Industrial Development ,
maka dapat diturunkan beberapa penerapan antara lain :
A.
Efisiensi penggunaan lahan dan sarana prasarana
Efisiensi penggunaan lahan dan sarana prasarana
termasuk dalam salah satu prinsip Smart
Growth yaitu prinsip Compact.
Kaitannya dengan konsep Affordable adalah
dengan menerapkan efisiensi penggunaan lahan dan sarana prasarana maka biaya
pembangunan akan minimal.
B. Penyediaan rumah terjangkau
Bentuk penyediaan rumah
terjangkau ini adalah dengan menyediakan perumahan tipe 21 yaitu dengan luas
tanah sebesar 72 m2 dan luas lantai bangunan 21 m2, yang
dapat diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah utamanya buruh industri.
C. Penyediaan titik pergantian
angkutan kawasan permukiman – industri (halte angkutan)
Dalam hal menghubungkan
kawasan permukiman dan kawasan industri maka di wilayah perancangan akan
disediakan halte angkutan umum sebagai titik pergantian bus dari dan keluar permukiman. Sedangkan untuk
sarana bus sendiri akan disediakan oleh kawasan industri, dimana bus tersebut
akan beroperasi di 2 kawasan. Penyediaan sarana transportasi di kawasan
permukiman dan industri dimaksudkan untuk meminimalisasi biaya transportasi
buruh industri dan untuk mempermudah mobilisasi warga tersebut untuk menuju
lokasi kerja.
D.
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (Aktif dan Pasif)
Ruang terbuka hijau yang akan direncanakan adalah
berupa green belt di kawasan
permukiman sebagai upaya untuk menimimalisasi kebisingan dan menyerap polutan.
E.
Penyediaan jalur non-motorize
Jalur non-motorize
yang akan disediakan adalah berupa pedestrian
ways dan jalur khusus sepeda. Penyedian jalur non-motorize ditujukan untuk mengakomodasi pejalan kaki dan pesepeda
yang ada di kawasan permukiman.
F.
Menciptakan Ciri
Khas Kawasan (Landmark)
Pembuatan
Landmark kawasan dimaksudkan untuk memberikan kesan khas yang timbul dari
perumahan atau hunian. Landmark yang
terdapat pada hunian perencanaan adalah berupa patung.
Penerapan konsep tersebut disesuaikan dengan
permasalahan yang terdapat di kawasan perancangan. Masing-masing permasalahan
akan diselesaikan dengan indikator-indikator konsep yang telah ditentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar